Jumat, 23 Mei 2008

EKOLOGI IKAN KERAPU BEBEK (Chromileptes altevelis)

ISTEMATIKA
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Percomorphi
Family : Serranidae
Genus : Chromileptes
Species : Chromileptes altevelis
2.2 CIRI UTAMA
Badan pipih
Tinggi bdan lebih pendek dari panjang kepala
Tinggi badan ½,6 sampai 1/3 panjang standart badannya
Bentuk kepala bagian atas cekung
Tubuh agak pucatberwarna coklat kehijauan bintik-bintik hitam bulat dan agak jarang pada kepala, badan maupun sirip, ujung semua sirip berbentuk bundar/busur.
2.3 INFORMASI UMUM
Wilayah perairan yang potensial bagi pengembangan usaha budidaya kerapu terdapat di 18 propinsi dengan luas total sekitar 500.000 ha. Daerah-daerah yang sangat potensial adalah Jawa Timur (87.000 ha), Jawa Tengah (127.000 ha), NTB (22.500 ha), Maluku (21.000 ha), dan Riau (22.600 ha).
Sewaktu masih berukuran benih, kerapu tikus merupakan ikan hias dengan nama “panther fish”, sedangkan setelah besar menjadi ikan konsumsi yang bergengsi, sehingga mahal harganya. Hidup di perairan karang yang masih baik, maupun yang telah rusak atau agak berlumpur. Dapat dipelihara di KJA, di bak maupun di tambak. Pertumbuhannya sangat lambat dibanding dengan jenis kerapu lainnya. Panjang total maksimum yang pernah dicatat adalah 70 cm.
Budidaya ikan kerapu bebek sudah barang tentu bukan hanya monopoli Indonesia. Banyak negara tetangga sudah pula mengembangkannya dan berpotensi menjadi pesaing. Mereka adalah Thailand, Philipina, Vietnam, Taiwan, dan Australia. Di Thailand penggunaan benih kerapu dari hatchery masih terbatas. Kebanyakan menggunakan benih dari hasil tangkapan di alam.produksi budidaya kebanyakan diekspor ke Malaysia, Singapura, Taiwan dan Hongkong. Di Philipina juga sudah dikembangkan, namun masih terhambat karena belum dikuasainya teknologi pembenihannya. Negara yang berpotensi menyaingi Indonesia adalah Vietnam. Negara ini telah memperoleh kemajuan pesat didalam mengembangkan teknologi pembenihan kerapu. Negara tersebut berhasil mengekspor kerapu hasil budidaya sebanyak 130 ton pada tahun 1995. dewasa ini, volume ekspor kerapu negara tersebut diduga sudah lebih meningkat. Pesaing potensial lainnya adalah Taiwan. Negara tersebut dewasa ini mempunyai sekitar 300 unit hatchery kerapu yang yang menghasilkan sekitar 20 juta ekor benih per tahun. Namun, kendala yang dihadapi dalam pembudidayaannya adalah terkait dengan kondisi lingkungan (iklim pada saat musim dingin). Negara lainnya adalah Australia. Namun, negara ini masih akan memerlukan waktu untuk dapat menyaingi Indonesia dalam pembenihan ikan kerapu.
2.4 JENIS PAKAN DAN KEBIASAAN MAKAN
Ikan kerapu bebek merupakan ikan karnivora dan tanggap terhadap pakan uatan asalkan dilatih terlebih dahulu. Untuk pembesaran jenis ikan ini diperlukan pellet terapung dengan kadar protein 47,5 %, lemak 8,2 %, serat kasar 8,54 % dan kalori total2,963 kcal kering.
Namun demikian, hingga sekarang belum tersedia formula pakan buatan yang mutunya memenuhi syarat bagi pertumbuhan jenis ikan ini. Kerapu bebek memerlukan vitamin C untuk mencegah stres yang diakibatkan oleh perlakuan dalam penanganan atau pemeliharaan. Jenis vitamin yang dianjurkan adalah L-askorbil-2-fosfat natrium dengan dosis 150 mg/kg pakan. Dosis vitamin C setinggi itu mamopu meningkatkan pertumbuhan, sintasan hidup dan efisiensi pakn serta kadar vitamin C dalam darah ikan kerapu bebek. Jenis karbohidrat yang sesuai untuk memberikan tingkat pertumbuhan ikan kerapu bebek adalah glukosa. Kadar protein terbaik untuk pembesaran ikan kerapu bebek adalah 45,3 %, sedangkan rasio protein-lemak adalah 4 : 1.
2.5 LAJU PERTUMBUHAN
Laju pertumbuhan ikan kerapu bebek yang diberi pakan ikan rucah tidak berbeda nyata dengan yang diberi pellet. Ikan yang dibri pakan rucah tumbuh dari berat awal 13,20 g menjadi 50,80 g dalam waktu 90 hari. Sedangkan ikan kerapu bebek yang diberi pakan pellet tumbuh dari berat awal 13,7 g menjadi 51,6 g dalam waktu yang sama.
2.6 REPRODUKSI
Kedewasaan pertama terjadi setelah ikan ini mencapai ukuran 1,5 kg. Ikan ini mempunyai sifat “protogynus hermaphrodite”, yaitu berubah kelamin dari betina ke jantan. Perubahan tersebut pada ikan ini terjadi setelah berukuran diatas 2,5-3,0 kg. seekor induk betina berukuran 3 – 4 kg dapat menghasilkan 200 – 300 ribu butir telur per satu kali memijah. Telur yang dibuahi akan mengapung dipermukaan air, sedangkan telur yang tidak dibuahi dan mati akan mengendap didasar pada slinitas air antara 28 -35 ppt.
2.7 HAMA DAN PENYAKIT
Di dalam tempat-tempat pemeliharaan seperti KJA, tanki atau bak jenis ikan ini sering menjadi sasaran berbagai parasit, bakteri, dan virus. Parasit yang paling sering dijumpai adalah Benedenia dan Neobenedenia yang hidup di kulit maupun insangnya. Serangan parasit ini dapat diatasi dengan merendamnya selama beberapa menit di dalam air tawar. Sedangkan jenis bakteri yang suka menyerang kerapu adalah Flexibakter dan Vibrio. Penyakit bakteri tersebut dapat diatasi dengan pemberian antibiotik seperti “oxytetracycline”. Penyakit lain yang sampai sekarang belum dapat diatasi adalah yang disebabkan ole virus VNN dan iridovirus. Golongan penyakit ini sangat merugikan. Disinilah pentingnya menyeleksi benih yang sehat sebelum ditebar ke dalam keramba.
DAFTAR PUSTAKA
Cholik, F, Ateng G. Jagatraya, Poernomo, Ahmad Jauzi , 2005. Aquakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Jakarta : Msyarakat Perikanan Nusantara dan Taman Aquarium air Tawar Taman Mini Indonesia Indah 2005.
Akbar, S, Sudaryanto, 2002. Pembenihan dan Pembesaran Kerapu Bebek. Jakarta : Penebar Swadaya.2.1 S

Tidak ada komentar: